Iklan

Ragam dan Peristiwa

Boney Harun Siap Maksimalkan Potensi Pertanian dan Peternakan NTT

Sunday, August 9, 2020, August 09, 2020 WAT
Last Updated 2020-08-21T15:16:05Z

NTT //-Potensi usaha tani di Nusa Tenggara Timur mencapai 49,09 % dari total potensi lahan kering di wilayah ini sekitar 1,5 juta Ha.

"Potensi-potensi ini didukung lahan kering di wilayah ini sekitar 1,5 juta ha yang dapat dimanfaatkan untuk usaha tani jagung baru mencapai 49,09 %," Kata Boney Harun, Senin (10/08/2020).

Potensi lain katanya, kultur sosial masyarakat NTT yang terbiasa dengan menanam jagung oleh rumah tangga mencapai 63 %.

Ia menyebut jumlah rumah tangga tani jagung terbanyak dalam wilayah NTT, terbanyak di Kabupaten Timor Tengah Selatan sekitar 15 %, Belu 10 % dan Kupang sembilan %, menyusul Timor Tengah Utara sekitar 8,5 %, Sumba Barat Daya delapan %, Sumba Timur 4,8 % dan Flores Timur sekitar 4,6 %.

Sehingga dari aspek produksi jagung, Nusa Tenggara Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini menghasilkan sekitar 588.96 ribu ton dan termasuk salah satu sentra produksi di tingkat nasional.

Sehingga apabila sejak lama Kementerian Pertanian (Kementan) berobsesi tidak ada lagi impor jagung sebagai bahan pakan ternak (untuk daerah tertentu) sangat tepat.

Hanya saja katanya untuk mewujudkan target tersebut dilakukan penambahan luas areal penanaman jagung di lahan khusus 2 juta hektare dan melakukan kerjasama penyerapan dan pembelian hasil panen jagung oleh pabrik pakan.

Sebab bagaimanapun dalam skala nasional, katanya jagung untuk bahan pakan ternak merupakan komponen terbesar yang dibutuhkan oleh pabrik pakan skala besar, peternak ayam mandiri dan pabrik pakan skala kecil/menengah, termasuk pabrik pakan milik koperasi susu.

Diharapkan ke depan dilakukan revitalisasi di bidang pertanian dan peternakan.

Generasi muda NTT malah memilih tetap membangun daerahnya, sebagai pilihan jika potensi ini dimaksimalkan.

Bahkan katanya hasil proyeksi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang menyebutkan, jumlah petani Indonesia dari waktu ke waktu terus menurun yakni pada 2016 turun 2,16 juta orang atau 5,2 % menjadi 39,33 juta orang dibanding dengan tahun sebelumnya 41,49 juta orang.

Jumlah ini tidak berbanding lurus dengan jumlah petani gurem yang justru cenderung meningkat yaitu dalam 10 tahun terakhir misalnya, petani gurem meningkat dari 10,8 juta menjadi 13,7 juta orang yang hanya mengolah tanah garapannya di bawah 0,5 hektar.

Sementara itu, berdasar hasil proyeksi Serikat Petani Indonesia (SPI) 2011, petani gurem mencapai 15,6 juta jiwa.

Dalam konteks lokal di NTT, menurunnya jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani juga terjadi bahkan sangat terasa, beriringan dengan perkembangan teknologi dan zaman yang semakin membuat penduduk lebih berpaling ke kota, ketimbang ke desa.

"Memang harus diakui, berprofesi sebagai petani sepertinya tidak lagi menjadi pilihan menarik bagi masyarakat Indonesia, termasuk di NTT," katanya.

"Anggapan ini katanya, semakin diperkuat dengan data yang disebutkan pemerintah, dimana setiap tahunnya terjadi penurunan jumlah petani di Indonesia."Pungkas Boney Harun.

Laporan: Jalal

TrendingMore